tes

  • Open Group
  • Komunitas Muslim Teknologi Informasi - STMIK Dipanegara Makassar

Minggu, 15 Januari 2012

Selektif Memilih Teman



Allah عز و جل berfirman:

(الأخلاء يومئذ بعضهم لبعض عدو إلا المتقون)

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Az-Zukhruf: 67).

Dalam ayat ini, Allah Ta'ala mengabarkan bahwa teman pada hari kiamat ada dua macam. Pertama, teman yang menjadi penolong di depan mahkamah akhirat. Kedua, teman yang bakal menjadi musuh di hadapan Allah.

Teman yang pertama ini, artinya bahwa persahabatan di dunia menjadi sebab kita mendapat derajat yang tinggi di sisi-Nya. Dalam hal ini, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda:
(المرء على من أحب)
"Seorang akan bersama siapa yang ia cintai pada hari kiamat kelak".


Sedangkan teman kedua, lantaran pertemanan itu kita harus mengecap murka dan siksa Allah عز و جل. Persahabatan tipe keduan, kelak saat berhadapan dengan-Nya, pelakunya akan saling tuding siapa biang kecelakaan tersebut.

Tidak dipungkiri, sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Tuntutan fitrah dari makhluk hidup adalah lingkungan dan pergaulan keseharian. Dari sinilah kebanyakan karakter dan sifat manusia terpola. Jika lingkungan pergaulan baik, akan terbentuk karakter dan sifat yang terpuji. Namun jika tidak, akan terpola tabiat dan kepribadian yang buruk. Artinya, dalam pergaulan ini, manusia dapat dipastikan memilki teman untuk saling berbagi, bertukar pikiran dan sebagainya.


Dalam perspektif Islam, teman memiliki peran tidak kecil dalam pembentukan pribadi dan karakter. Sebagai agama universal, Islam mengatur adab dan batasan dalam pergaulan. Karena begitu besar dampak bagi seseorang akibat salah bergaul. Demikian pula begitu banyak manfaat yang bisa dipetik melalui pergaulan dengan teman yang baik.

Lihatlah, banyak yang terjerembab dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan lantaran bergaul dengan teman-teman yang jahat. Tapi banyak pula yang mendapat hidayah disebabkan pergaulan yang baik.
Dalam hadits, Rasullullah صلى الله عليه و سلم menyinggung dampak seorang teman itu: “Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jahat adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, baik engkau membeli atau tidak, engkau pasti akan mendapat baunya yang harum. Sementara pandai besi ia akan membakar bajumu atau engkau mendapat baunya yang tidak sedap.” (Muttafaqun ‘Alaihi).

Faidah dari hadits ini, bahwa bergaul dengan teman yang shalih memiliki 2 kebaikan:
Kita akan menjadi baik, atau memperoleh kebaikan yang dilakukan teman kita. Sedang bergaul dengan teman jahat juga mempunyai 2 keburukan: Kita menjadi jelek, atau kita ikut keciprat kejelekan yang dilakukan teman kita.


Bahkan Rasulullah صلى الله عليه و سلم menjadikan teman sebagai patokan bagi baik buruknya agama seseorang. Beliau bersabda:

( المرء على دين خليله، فالينظر أحدكم من يخالل )
"Seseorang sesuai agama temannya, maka hendaknya seseorang di antara kamu melihat kepada siapa dia bergaul.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim).
Artinya, kalau mau pilih teman, perhatikan dengan siapa orang itu bergaul.

Olehnya, para salaf banyak berpesan, "Hati itu lemah, sedang syubhat kencang menyambar". Karena kelemahannya, pengaruh kejelekan lebih mudah merasuki karakter kita.

Inilah alasan mengapa ulama Ahlus Sunnah memberi warning dari bergaul dengan para penyeru bid’ah dan pengekor hawa nafsu. Karena lambat laun kita akan terseret masuk dalam kesesatan mereka. Dan ini merupakan satu tindakan preventif terhadap bahaya lingkungan pergaulan dan agar kita selamat dari pengaruh buruknya.

Ketahuilah, ternyata teman juga merupakan sumber penyesalan abadi di hari kiamat. Renungkan firman Allah عز و جل berikut ini:

( و يوم يعض الظالم على يديه يقول يا ليتني اتخذت مع السول سبيلاً* يا ويلتى ليتني لم أتخذ فلاناً خليلاً * لقد أضلني عن الذكر بعد إذ جاءني، و كان الشيطان للإنسان خذولاً )

“Dan ingatlah hari ketika orang-orang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata: Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besar bagiku! Kiranya dulu aku tidak mengambil si fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran sesudah Al-Quran itu datang kepadaku. Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29).


Di sini Allah عز و جل mengabarkan kondisi seorang hamba yang malang, rusak lantaran salah bergaul. Ia hanya bisa mengutuki dirinya dan menyesali nasib. Sayangnya penyesalan saat itu sudah tidak berguna.

Terakhir, teman sejati itu adalah teman yang selalu mendorong kita berbuat kebajikan, mengingatkan setiap kekeliruan dan selalu memohon kebaikan bagi sahabatnya. Sedang kawan yang buruk adalah kawan yang selalu menyeru pada jalan keburukan dan mendiamkan kesalahan yang kita kerjakan. Maha benar Allah dalam kitab-Nya: “Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Az-Zukhruf: 67). Wallahu a'lam.


Rappung Samuddin Lc.
Makassar, 23 Juli 2009.

0 comments:

Posting Komentar